Mbay, BERITA 76.COM, – Pekerjaan Bronjong di Jalan Negara Trans Flores, khususnya di Jembatan Raja, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo, NTT diduga tak sesuai spesifikasi (Spek) dan Bestek karena batu yang digunakan untuk pekerjaan Bronjong tersebut hanya sebesar buah mangga.
Pekerjaan tersebut merupakan salah satu item Proyek Preservasi Jalan Negara Ruas Gako-Aegela-Danga-Nila-Marapokot senilai Rp 6,2 Milyar oleh anak perusahaan PT. Bina Citra Teknik Cahaya/BCTC, yakni CV. Cahaya Pilar Konstruksi/CV. CPK milik Kosmas Heng, salah satu pengusaha yang berdomisili di jalan Gatot Subroto kelurahan Mautapaga Ende.
Seperti disaksikan Tim Media ini dalam perjalanan menuju Bajawa, Ibukota Kabupaten Ngada, tampak satu unit excavator Hyudai sedang diparkir di sisi timur Jembatan Raja. Dari atas mobil, tampak ada pekerjaan dinding penahan di kedua sisi kali tersebut.
Tim Media lalu memarkir kendaraan dan ingin melihat pekerjaan yang belum selesai tersebut karena tak ada 1 orang pekerja pun yang sedang beraktivitas di lokasi itu. Ternyata di jembatan tersebut, ada juga pekerjaan Bronjong.
Saat diperhatikan dari atas jembatan, ada pekerjaan pasangan dinding penahan di sisi timur dan barat kali Raja. Di sisi barat, tampak dinding penahan telah selesai dikerjakan.
Namun di sisi timur jembatan tersebut, tampak belum selesai. Tampak lubang fondasi yang masih menganga dan terisi penuh dengan resapan air kali.
Tim Media ini pun mengambil foto dan video untuk dokumentasi. Tampak Pekerjaan Bronjong di kedua sisi kali yang dipasang untuk melindungi pondasi jembatan (abudment). Bronjong di sisi barat hanya sepanjang pondasi jembatan. Sedangkan Bronjong di sisi timur, dipasang sekitar 30 meter. Ketinggian Bronjong di kedua sisi tersebut sekitar 1 meter.
Namun saat diperhatikan lebih seksama, ternyata ada yang janggal dari pekerjaan Bronjong tersebut. Ternyata bebatuan yang digunakan untuk Bronjong adalah batu-batu gunung hasil olahan breker dan berukuran kecil ( bukan batu kali).
Bahkan lebih banyak yang berukuran sebesar buah mangga. Batu paling besar berukuran sebesar buah kelapa.
Batu-batu yang digunakan itu merupakan batu gunung, bukan batu kali. Padahal untuk pekerjaan bronjong, biasanya menggunakan batu kali yang berat agar tidak tersapu banjir. Juga tidak mudah pecah/hancur saat dihantam material yang dibawa air saat banjir.Sementara itu, batu gunung yang digunakan dalam pekerjaan Bronjong tersebut, selain kecil, juga ringan dan mudah pecah/hancur.
Seperti disaksikan Tim wartawan, batuan tersebut merupakan batu bekas galian breaker excavator. Batu yang sama itu juga digunakan sebagai batu pasangan pekerjaan dinding kali di lokasi itu.
Batu yang digunakan untuk pekerjaan Bronjong di lokasi itu, bahkan tampak lebih kecil jika dibandingkan dengan batu pasangan (yang terlihat dilokasi tersebut) yang telah dikerjakan tahun-tahun sebelumnya.
Pejabat Pembuat Komitmen, Frumensia Silvia yang dikonfirmasi wartawan melalui pesan What’s App/WA mengakui jika pekerjaan Bronjong tersebut merupakan salah satu item pekerjaan Preservasi Jalan Nasional Ruas Gako-Aegela-Danga-Nila-Marapokot senilai Rp 6,2 M.
“Semua satu paket kerjaan karena namanya Long Segmen/Preservasi jalan, banyak output dan satu kontrak” tulis wanita yang akrab disapa Silvi.
CATATAN REDAKSI :Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut diatas, Anda dapat mengirimkan artikel dan /atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami,sebagaimana diatur dalam pasal (1) ayat (11) dan (12) Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.
Artikel/berita dimaksud dapat dikirim melalui email : berita76gmail.com atau ke no kontak : +62 813 3982 5669 / +62 812 3646 2309.