Opini – Bahasa adat “gale – gale baru pate dan ngilo – ngilo baru sio“ memiliki makna yang sungguh luar biasa bagi masyarakat dalam menentukan pilihan politik.
Hal tersebut diungkapkan Dr.(c), Ir.Karolus Karni Lando,MBA. dalam sela – sela waktunya saat menunggu para Delegates yang akan mengikuti pelatihan di Ruangan Adel Space, Johor Bahru, Malaysia.
Saya melihat sebuah postingan di Facebook tentang salah satu pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Ende. Menariknya, postingan itu diakhiri dengan kalimat “Gale baru Pate, Ngilo baru Sio”.
Ungkapan ini langsung membawa saya kembali mengingat momen ketika saya melakukan kampanye terakhir di Wolotopo, Ende, pada bulan Februari 2024.
Pepatah tersebut mengingatkan saya akan pentingnya kehati-hatian dalam setiap langkah, terutama saat menghadapi pilihan-pilihan penting bagi masyarakat.
Pepatah “Gale baru Pate, Ngilo baru Sio” berasal dari Ende, Flores, dan mengandung nilai-nilai kebijaksanaan lokal yang kuat. Dalam bahasa Indonesia, pepatah ini dapat diartikan sebagai:
“Gale baru Pate”: Menyelesaikan suatu masalah dengan langkah yang tepat.
“Ngilo baru Sio”: Mengambil keputusan atau bertindak setelah memikirkan dengan matang.
Secara lebih mendalam, “Gale” mengacu pada cara atau strategi dalam bertindak, sedangkan “Ngilo” berarti berpikir atau merenung. Sedangkan “Pate dan Sio” merujuk pada tindakan yang diambil setelah pertimbangan yang teliti.
CATATAN REDAKSI :Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut diatas, Anda dapat mengirimkan artikel dan /atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami,sebagaimana diatur dalam pasal (1) ayat (11) dan (12) Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.
Artikel/berita dimaksud dapat dikirim melalui email : berita76gmail.com atau ke no kontak : +62 813 3982 5669 / +62 812 3646 2309.