Baru Setahun Dikerjakan, Jembatan Raterunu 1 di Lintas Utara Flores Miring dan Bolong

Berita76.Com
Screenshot_20221128-163426_Gallery
IMG-20221128-WA0018
20221123_101040

Mbay, Berita 76-  Diduga Jembatan Raterunu di Kaburea, Kecamatan Wolowae, Kabupaten Nagekeo, NTT yang dibangun oleh kontraktor pelaksana, CV. Anugerah Cipta Jaya yang beralamat di Jalan Gatot Subroto kelurahan Mautapaga kabupaten Ende, propinsi NTT dikerjakan asal jadi alias tidak sesuai spesifikasi teknis (spek) dan bestek (syarat teknis bangunan, red). Tampak abudmen/pondasi jembatan yang dibangun pada tahun 2015 ini amblas, patah dan sehingga badan jembatan tampak miring.

Seperti disaksikan Tim Wartawan pada di Jalan Lintas Utara Flores dan menghubungkan Ibukota Nagekeo, Mbay menuju Kabupaten Ende tersebut miring ke arah barat. Kemiringan jembatan Raterunu 1 ini sudah tampak dari jarak sekitar 50 meter. Setelah Tim Wartawan mengamati keadaan seluruh jembatan, ternyata kemiringan itu akibat amblasnya abudmen/pondasi jembatan sebelah barat.

Tampak pondasi jembatan bagian barat itu amblas sekitar 50 cm. Akibatnya, pondasi jembatan bagian timur juga patah karena badan jembatan bagian barat amblas mengikuti pondasi jembatan. Pada pondasi jembatan bagian timur ini tampak pecah dengan lebar sekitar 5 cm.

Pada plat beton jembatan tampak 2 lubang mengangga dengan diameter 1 meter dan 50 cm. Dari dua lubang di plat jembatan tersebut, dapat dilihat dengan jelas air yang mengalir di bawah jembatan tersebut. Plat beton jembatan tampak rapuh. Bahkan plat beton tersebut hancur berantakan oleh ujung jari tangan.Dari plat beton yang hancur di tangan tim media, tak terlihat 1 butir batu pecah. Campuran plat beton jembatan Raterunu 1 itu hanya menggunakan kerikil dari bulat (dengan besaran yang tak beraturan, red) dan pasir kali. Bahkan dari plat beton jembatan tersebut, tim wartawan melihat dan mengambil batu kali sebesar genggaman tangan orang dewasa hanya dengan 2 jari tangan.

Baca Juga :  Antisipasi Potensi Resiko Kebakaran Hutan, BBKSDA NTT Melindungi Kawasan Konservasi

Tim wartawan pun mengamati besi beton yang digunakan kontraktor. Ternyata kontraktor menggunakan besi beton 14 ulir dan menyisipkan besi beton 12 banci di bagian tengah plat beton jembatan. Padahal untuk konstruksi plat beton jembatan tersebut, seluruh besi beton yang digunakan harus besi 14 ulir.
Pagar jembatan di sisi utara pun tampak patah. Bahkan tak ada sisanya.

Pipa besi pagar dan beton penyangganya pun telah tersapu banjir. Kondisi ini tentu saja sangat membahayakan masyarakat yang melintas karena jembatan tersebut bisa ambruk setiap saat ketika dilintasi kendaraan.

Sementara itu, bronjong pengaman jembatan di sisi selatan jembatan juga telah tersapu banjir. Hanya tampak beberapa meter yang masih tersisa. Dari batu bronjong yang tersisa, tampak mengunnakan batu kali berukuran sedang dan kecil.

Sedangkan di bagian utara jembatan, tampak timbunan/gundukan tanah dan pasir di kedua sisi kali untuk menormalisasi aliran air kali tersebut. Ketinggian gundukan tanah itu sekitar 2 meter dengan panjang sekitar 40 meter, membentang di kedua sisi kali.


Sebelumnya, pada Selasa (22/11/22) saat Tim Wartawan melintas di jalan provinsi lintas utara Flores, tepatnya di Kaburea, ada jembatan yang tampak miring dan berlubang. Hari yang mulai gelap membuat Tim Wartawan ragu-ragu untuk melintas. Tim wartawan pun harus memarkir kendaraan dan turun untuk memastikan apakah jembatan tersebut dapat dilintasi mobil.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *